"Bagaimana hal-hal biasa bisa ditundukkan padamu? Sedangkan anda tidak pernah menundukkan kebiasaan nafsumu?"
Ada ha-hal luar biasa yang biasanya muncul pada para Sufi yang kelak disebut sebagai karomah. Tentu hal yang luar biasa
itu tidak akan pernah muncul selama manusia tidak pernah menundukkan
dirinya sendiri, dan karenanya hal-hal biasa juga tak pernah
tertundukkan.
Hal yang luar biasa itu justru terletak pada keberanian seseorang
untuk mengeluarkan dirinya dari dirinya, sebagaimana pandangan para
Sufi, "Hakikatmu adalah keluarmu dari dirimu." Maksudnya kita bisa
mengeluarkan hasrat nafsu kita dari diri kita.
Hikmah Ibnu Athaillah ini menyembunyikan rahasia, bahwa hakikat
Karomah itu justru pada Istiqomah, dimana istiqomah tersebut tidak bisa
diraih sepanjang manusia masih senang dan terkukung oleh kesenangan dan
kebiasaan nafsunya.
Karena nafsu adalah hijab, dan wujud nafsu itu adalah rasa "aku" dalam diri kita sendiri.
Seorang Sufi ditanya, "Bagaimana anda sampai mencapai tahap luhur ini?"
"Aku
bertauhid dengan tauhid paling utama, dan aku berbakti sebagaimana
baktinya budak, serta aku taat kepada Allah swt atas perintahNya, apa
yang dilarangNya. Maka setiap aku memohon, Dia selalu memberinya."
Dalam suatu Isyarat, Allah swt, berfirman: "HambaKu, Akulah yang
berkata pada sesuatu Kun Fayakuun". Maka taatlah kepadaKu, maka engkau
pun berkata pada sesuatu "Jadilah! Maka bakal terjadi!".
Dalam hadits
shahih, Allah swt berfirman, "Tak ada orang yang mendekat kepadaKu
sebagaimana dekatnya orang yang menunaikan apa yang Aku fardhukan kepada
mereka, dan senantiasa hambaKu berdekat padaKu dengan ibadah-ibadah
sunnah, sampai Aku mencintainya. Maka bila Aku mencintainya, jadilah Aku
sebagai Pendengaran baginya, menjadi Mata, Tangan dan Penguat baginya.
Maka bila ia meminta padaKu, Aku pasti memberinya, dan bila ia meminta
perlindungan padaKu, Aku pasti melindunginya…."
Menembus batas kebiasaan diri seorang hamba, berarti haruslah punya
keberanian untuk menyadari kefanaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Karena
itu, doktrin, "Aku bisa, aku mampu, aku hebat, aku kuat, aku
berdaya…dsb…" Apalagi disertai dengan kata-kata, "Dariku, denganku,
untukku, demiku, bagiku, bersandar aku…dsb," justru semakin mempertebal
lapisan hijab demi hijab antara hamba dengan Allah swt.
Orang yang
meraih karomah, pasti sirna dari keakuannya. Orang yang mendapatkan
hal-hal luar biasa, justru fana' seluruh egonya. Dan sebaliknya jika
kesirnaan aku dan egonya tidak terjadi, maka hal-hal yang luar biasa
tidak lebih dari Istidroj yang melemparkan dirinya dari Allah Ta'ala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar