Marah Roesli atau sering kali dieja Marah Rusli (lahir di Padang, Sumatera Barat, 7 Agustus 1889 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 17 Januari 1968 pada umur 78 tahun) adalah sastrawan Indonesia angkatan Balai Pustaka. Keterkenalannya karena karyanya Siti Nurbaya (roman) yang diterbitkan pada tahun 1920 sangat banyak dibicarakan orang, bahkan sampai kini. Siti Nurbaya telah melegenda, wanita yang dipaksa kawin oleh orang tuanya, dengan lelaki yang tidak diinginkannya.
Marah Rusli bin Abu Bakar. Ayahnya, Sultan Abu Bakar, adalah seorang bangsawan dengan gelar Sultan Pangeran. Ayahnya bekerja sebagai demang. Marah Rusli mengawini gadis Sunda kelahiran Buitenzorg (kini Bogor)
pada tahun 1911. Mereka dikaruniai tiga orang anak, dua orang laki-laki
dan seorang perempuan. Perkawinan Marah Rusli dengan gadis Sunda
bukanlah perkawinan yang diinginkan oleh orang tua Marah Rusli, tetapi
Marah Rusli kokoh pada sikapnya, dan ia tetap mempertahankan
perkawinannya.
Meski lebih terkenal sebagai sastrawan, Marah Rusli sebenarnya adalah dokter hewan. Berbeda dengan Taufiq Ismail dan Asrul Sani
yang memang benar-benar meninggalkan profesinya sebagai dokter hewan
karena memilih menjadi penyair, Marah Rusli tetap menekuni profesinya
sebagai dokter hewan hingga pensiun pada tahun 1952
dengan jabatan terakhir Dokter Hewan Kepala. Kesukaan Marah Rusli
terhadap kesusastraan sudah tumbuh sejak ia masih kecil. Ia sangat
senang mendengarkan cerita-cerita dari tukang kaba, tukang dongeng di Sumatera Barat yang berkeliling kampung menjual ceritanya, dan membaca buku-buku sastra. Marah Rusli meninggal pada tanggal 17 Januari 1968 di Bandung dan dimakamkan di Bogor, Jawa Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar